Kamis, 23 April 2009 |
Cahaya Yang Tak Datang Terlambat (BAB 1) |
Suara Alam
Matahari sedikit demi sedikit menampakkan kesempurnaan wujudnya dari balik latar bukit-bukit hijau. Begitu indah panorama tuhan. Wajah cantiknya tersenyum menyapa dunia. Lebih-lebih jika dilihat dari sisi lapangan tanjung yang dikelilingi pohon cemara. Beralaskan rerumputan yang menjadi kekuningan saat musim kemarau tiba. Terkadang harus membuat para pemuda yang kerap bermain bola setiap sore berhati-berhati berlari. Persis seperti lukisan yang biasa dipamerkan di festival-festival lukis alam.
“Kije sapune mek?” nyoman bertanya pada memeknya dari samping tempat persembahyangan sambil melihat-melihat ke arah celah bolongan biasa tempat diletakkan sapu lidi.
“Ku ape ku man…”, jawab dadong manis menunjuk kearah tempayan yang biasa dijadikan tempat sesajen. begitu orang-orang biasa memanggilnya. Entah faktor apa yang membuat dia dipanggil dadong manis. Secara umum memang nama-nama hindu banyak diambil dari budaya, realita, dan kejadian saat seorang itu lahir. Baik itu kejadian saat ia lahir atau suatu realita yang hadir saat itu. Contoh saja: I Made Gempa karena dia lahir disaat gempa. Ada juga Gusti Bagus karena dia terlahir dari kasta terpandang dalam kaum hindu.
“Jii..ken-ken ki mek?”, gumam Nyoman sambil membetulkan ikatan sapu yang berserakan di tepian bok sembahyangan dekat berugak. Tempat orang hindu biasa menyiapkan sesajen sebelum diletakkan didepan pintu halaman rumah setiap pagi hari. Biasanya berisi beras, bunga, dan dupa. disajikan dengan alas daun pandan yang telah dibentuk segitiga seperti piring kemudian diletakkan di depan gerbang rumah.
Setiap pagi Nyoman mempunyai tugas menyapu halaman rumah dan menyiapkan sesajen buat sembahyangan. Jika halaman sudah bersih dia segera bergegas mengambil sesajen dan meletakkannya di depan gerbang rumah. Dupa dibakar dan kemudian diputar beberapa kali ke arah patung sambil menundukkan badannya sembari melafazkan mantra-mantra yang kerap diajarkan sang ayah. Selanjutnya memercikkan air yang telah dicelupi kembang bunga kearah dewa dan bagian tertentu badan Nyoman.
Tanjung adalah salah satu desa asri disebelah utara pulau lombok. Daerah dekat pesisir pantai yang dikelilingi bukit-bukit hijau. Walau mayoritas penduduknya beragama islam tetapi penduduk yang beragama hindu tidak kalah padat. Bahkan menjadi salah satu basis tempat kaum hindu berdomisili. Dulunya antara NTB yang saat ini terdiri dari dua pulau yaitu Lombok dan sumbawa dengan Bali adalah satu provinsi tetapi telah terpisah. Sehingga NTB dan Bali tidak lagi satu dan masing-masing menjadi provinsi. Inilah yang melatarbelakangi adanya akulturasi budaya yang kental antara NTB dan Bali. Bahkan dalam beberapa istilah pengunaan bahasa daerah banyak kosakata yang sama.
Pagi ini Nyoman tidak kelihatan terburu seperti hari-hari biasa. Karena liburan panjang menjelang bulan Ramadhan telah tiba. Biasanya dia harus menyapu halaman dan bersiap-siap masuk sekolah. Namum tida dengan hari ini. Kendati Nyoman seorang hindu dia tetap mengikuti dan menghormati kebijakan sekolah yang libur menjelang ramadhan tiba. Wujud dari kehidupan beragama yang harmonis dalam satu atap.
Gadis keturunan Bali ini masih duduk dibangku kelas 3 SMA jurusan IPS. Jelentik bola mata khas kolaborasi keturunan Bali Lombok. Rambut lurus sebahu menambah mantap penampilan. Nyoman masih duduk didepan bok rumah melepas lelah sehabis menyapu halaman rumah.
|
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 08.12 |
|
|
|
DAKWAH ALA SANTRI |
|
Previous Post |
|
Archives |
|
SHOUT BOX |
|
|
|
|