Sabtu, 28 Februari 2009
Ada Apa Dengan Al-Azhar?
“Eh..udah dengar kabar terbaru tentang muqorror Al-qur’an g?, Tanya sahabatku yang baru datang dari Asrama International buut’s.
“g tuh. Jawabku simple. Aku lihat kemarin saat ujian term pertama masih tertempel 4 juz kok. Setiap tingkatnya satu juz aja. Memang ada perubahan lagi ya? Tanyaku kembali padanya. Barangkali diturunkan jadi dua juz. Jadi setiap tahun setengah juz aja.heheheh”.
Aku ada lihat qoror baru di Jurusan Lughoh. Ada keputusan baru ditempel kalau muqorror Al-Qur’an tetap delapan juz seperti semula tanpa ada perubahan.
Wah…kalau itu aku kurang tau jawabku deg-degan. Mungkin Cuma di jurusan Lughoh aja tidak di Usuluddin. Cetusku seakan-akan berusaha lari dari kenyataan".

Al-Azhar adalah salah satu universitas islam tertua didunia. Tidak diragukan ia memiliki andil besar dalam penyebaran islam. Jika kita telaah kembali literatur-literatur keislaman, kita akan banyak menemukan karya-karya yang lahir dari rahim alumni Al-Azhar. Tak heran jika mahasiswa-mahasiswi yang belajar di Al-Azhar datang dari berbagai penjuru dunia. Asia, Africa, bahkan Erofa yang disematkan sebagai gudang orientalis.

Di Al-Azhar,Al-qur’an sebagai sumber dasar hukum islam merupakan konsentrasi utama diantara materi yang lain. Al-qur’an telah mengilhami lahirnya berbagai macam disiplin ilmu. Tidak berlebihan jika kita berkata bahwa segala macam disiplin ilmu lahir dari Al-Qur’an. Sehingga hafal al-qur’an merupakan syarat utama menyelesaikan studi S1 di Al-Azhar. Kecuali mahasiswa non-mesir. Yang hanya harus hafal dua juz setiap tingkat. Berarti delapan juz selama empat tahun.

Bagi mahasiswa wafidzin(begitu biasa disebut mahasiswa non-arab yang belajar di Al-Azhar) khususnya mahasiswa indonesia, materi Al-qur’an merupakan materi yang paling mengerikan. Kecuali mereka yang mempunyai bekal hafalan dari tanah air akan menjadi sebaliknya merupakan materi favorit. Karena materi Al-Qur’an sangat berkenaan dengan hafalan. Salah atau lupa dalam hafalan berarti akan beralamat salah tanpa ampun. Tak jarang kita temukan di Al-Azhar banyak calon-calon LC yang masih tersandung hanya karena hafalan Al-qur’an. Lain halnya dengan materi-materi yang lain yang cukup dengan menggunakan pemahaman dan nalar. Dalam artian,cukup memahami teks-teks muqorror kemudian sah-sah saja menguraikan kembali walau dengan bahasa yang berbeda yang penting memiliki substansi yang sama.

Bulan November 2008 beberapa saat menjelang ujian term pertama, diumumkan secara resmi bahwa standar muqorror Al-qur’an untuk S1 diturunkan menjadi empat juz saja. Berarti setiap tingkat hanya satu juz. Pengemuman ini tertempel di papan-papan pengumuman Syu’un administrasi kampus. Semua mahasiswa bisa melihat dengan jelas. Disatu sisi ini merupakan angin segar bagi mereka yang memiliki hafalan minim, tetapi ada juga dari sebagian mahasiswa yang menyikapi bahwa ini sebuah penurunan kwalitas. Jadi tidak usah diturunkan standarnya. Toh…banyak mahasiswa tidak lulus di Al-qur’an bukan karena ketidakmampuan tetapi karena malas menghafal.
Jelas ini merupakan berita gembira terbesar setelah berita penurunan standar Al-qur’an dari 30 juzz ke 8 juzz. Kemudian dari 8 juzz ke 4 juzz. Tidak cukup sekedar menyikapi, beberapa alasan yang latarbelakangi penurunan standar ini juga menjadi isu perbincangan diantara mahasiswa Indonesia di Kairo.

Ada beberapa pihak yang mengatakan ini adalah hasil dari Lokakarya yang sempat dihelat tahun 2008 lalu yang mendatangkan tim-tim ahli Indonesia. Konon katanya sampai menghabiskan biaya milyaran rupiah. Berkat lobi pak Dubes kepada Syeik besar Al-Azhar yang hadir diawal acara saat itu, sehingga Al-qur’an diturunkan menjadi satu juzz pertingkat.

Pihak lain mengatakan ini merupakan sikap kebijakan Al-Azhar terhadap mahasiswa asing guna mempermudah jalannya studi di negeri para anbiya ini. Dilain sisi mereka para mahasiswa ditunggu kehadirannya oleh masyarakat mereka guna menyebrkan islam.
Parahnya ada pihak yang berpendapat bahwa ini adalah hasil dari intervensi barat dalam sistem pendidikan Al-Azhar. Yang dalam hal ini adalah para orientalis untuk menjauhkan para muslim dari kitab sucinya.

Tetapi tidak lama berselang setelah ujian term pertama muncul isu baru bahwa muqorror Al-qur’an tetap delapan juzz tanpa ada perubahan seperti semula. Ditengah ketidakjelasan info ini, beberapa mahasiswa bertanya ke Su’un Thalabah dengan jawaban yang berbeda-beda. Ini akan lebih membingungkan lagi.

Sepintas kita bertanya, Ada apa dengan Al-Azhar? Setidaknya melihat hasil keputusan yang telah ditempel kemudian merubahnya kembali, ada sesuatu yang belum disepakati seutuhnya di tubuh Azhar. Dalam hal ini kaitannya dengan muqorror Al-qur’an.
Hingga 20 februari 2009, saat tulisan ini ditulis belum ada kepastian yang jelas dan tidak ada yang bisa memastikan berapa muqorror Al-qur’an untuk tahun ini.delapan juzz atau hanya empat juzz? Para mahasiswa non-arab khususnya indonesia bertanya-tanya. Apakah anda termasuk yang setuju dengan delapan juzz atau hanya empat juzz?
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 10.43  
DAKWAH ALA SANTRI

Previous Post
Archives
SHOUT BOX