Minggu, 05 Juli 2009
Indonesia Menjelang Pilpres 2009
Beberapa saat lagi bangsa indonesia akan menyaksikan pemilihan presiden. Tulisan ini dirilis genap empat hari menjelang pemilihan presiden. Kendati begitu, mulai beberapa pekan lalu gaung pemilihan calon presiden sudah sangat santer. Mulai dari debat capres, debat cawapres, dan kampanye. Tak terlewatkan juga WNI yang ada di penjuru dunia. Khususnya Mesir. Yang selalu dengan sigap memonitori perkembangan politik tanah air melalui media massa.

Tercatat ada tiga kandidat yang akan naik bertarung memperebutan kursi kepresidenan priode 2009-20014. Yang pertama pasangan Megawati Sukarno Putri-Prabowo, pasangan kedua adalah SBY-Boediono, dan yang terakhir adalah pasangan Jusuf Kalla-Wiranto.
Masing-masing pasangan telah mendapatkan porsi untuk menyampaikan visi dan misinya dalam debat calon presiden. Ditambah lagi kampanye dengan segudang janji-janji pada semua aspek. Baik itu Aspek ekonomi, pendidikan, penegakan hukum, hak asasi manusia dan yang lainnya.

Sebagai contoh. Dalam janji-janji pemilu pada sektor ekonomi, pasangan Megawati-Wiranto memiliki target akan mencapai dua digit pada empat tahun mendatang. Pasangan SBY-Boediono menargetkan akan mencapai 7 persen pada akhir tahun 2014. Pasangan ketiga tidak mau kalah dengan menargetkan 8 persen pada tahun 2011. Sedangkan pada sektor pendidikan, diantara janji-janji pasangan Megawati-Prabowo adalah kredit mahasiswa untuk kuliah, Asuransi kesehatan bagi mahasiswa, laptop murah bagi mahasiswa dan dosen. Begitu juga pasangan SBY-Boediono diantara janji-janjinya pada sektor pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, Distribusi anggaran pendidikan secara proposional. Sedangkan diantara janji-janji pasangan Jusuf Kalla-Wiranto dalam sektor pendidikan adalah mempercepat proses sertifikasi guru honorer, perlakuan yang sama antara madrasah dan sekolah umum, sertifikasi guru madrasah. Dan janji-janji kampanye dalam aspek lainnya.

Sejauh ini, yang masih menjadi pertanyaan dibenak setiap warga Indonesia adalah apakah semua janji-janji yang telah diungkapkan oleh para calon presiden hanya sekedar janji-janji kosong, atau memang sebuah komitmen tulus untuk mewujudkan cita-cita bangsa?. Berangkat dari pengalamanlah yang membuat sebagian bangsa indonesia trauma akan janji-janji kosong sehingga ada beberapa warga negara yang tidak percaya lagi dengan kata pemimpin dan lebih memilih untuk golput alias tidak memihak kepada siapa-siapa.

Pesta demokrasi tahun ini diharapkan bisa mengangkat sosok pemimpin yang bisa mewujudkan cita-cita bangsa. sekaligus bisa mengobati trauma bangsa indonesia yang telah banyak dikecewakan janji-janji yang disematkan oleh para calon presiden saat kampanye. Studi kasus dilapangan membuktikan bahwa sebagian besar janji-janji itu hanyalah bualan omong kosong. Sehabis terpilih menjadi presiden semua terlupakan.

Menyikapi hal ini sudah seharusnya sebagai warga negara Indonesia yang mencita-citakan kemajuan dan kemakmuran bersama untuk lebih ektra hati-hati dalam memilih pemimpin. Yaitu pemimpin yang memiliki komitmen tulus guna membangun bangsa Indonesia.

Secara umum Ada 3 karakteristik seorang pemimpin:

1.Akseptabilitas
Akseptabilitas dalam hal ini berarti keterimaan. Jika seorang pimimpin tidak memiliki keterimaan atas jabatan yang akan ia sandang berarti dia tidak pantas untuk dipilih. Bagaimana seorang pemimpin akan bertanggung jawab atas kewajibannya jika sejak awal dia sudah tidak memiliki keterimaan atas apa yang akan ia pimpin?. Jadi keterimaan adalah modal dasar seorang pemimpin.

2.Kapabilitas
Yaitu kemampuan. Termasuk dalam hal ini pengetahuan dan wawasan tentang kepemimpinan.pemimpin yang diharapkan adalah seorang pemimpin yang cerdas dan tangkas. Pemimpin yang memiliki wawasan yang luas. Pemimpin yang bisa membaca keaadaan rakyat. namun Ironisnya banyak diantara pemimpin yang hanya memiliki kemauan menjadi pemimpin tanpa memiliki kemampuan. Sehingga terpilihlah pemimpin yang akan mengecewakan rakyat, Pemimpin yang tidak tetap dalam mengambil keputusan.

3.Moralitas
Ini adalah aspek yang terpenting dalam kepemimpinan. Yaitu yang berkenaan dengan akhlaq. Karena pada esensinya tugas seorang pemimpin adalah memberi pengaruh. Mempengaruhi berarti menggiring, merubah kepada kebaikan. Dan hal itu tidak mungkin bisa terjadi kecuali seorang pemimpin memiliki moralitas yang tinggi.

Setidaknya tiga aspek ini bisa menjadi pertimbangan bagi kita guna memilih siapa yang pantas menjadi pemimpin. Sehingga kita tidak lagi termakan oleh janji-janji palsu. Dan yang terpenting Indonesia akan lebih maju dan akan segera meraih impian yang telah lama dicita-citakan oleh setiap individu bangsa.




Hidayatullah Ahmad Jazri
Mahasiswa Al-Azhar Kairo Jurusan Hadist
5 Juli 2009
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 15.35  
DAKWAH ALA SANTRI

Previous Post
Archives
SHOUT BOX