Senin, 08 September 2008
Menulis? Buat Apa?
Masih terekam jelas apa yang disampaikan oleh Sekjen Depag saat berkunjung ke Kairo bulan Agustus 2006 lalu. Disela Dialognya beliau menceritakan sedikit pengalaman berharga yang diperoleh dari Prof.B.J Habibie mantan presiden ke-tiga RI saat beliau menimba ilmu di USA dulu. Beliau berkata ”bahwa sebatang alumunium yang belum berbentuk tidak akan berarti apa-apa dan memiliki harga yang sangat murah bila dijual. Tetapi saat alumunium itu sudah terbentuk pesawat maka itu akan berharga sangat mahal. Beratus bahkan beribu kali lipat dari harga semula”.

Tidaklah berlebihan jika kita meminjam penggalan ungkapan diatas dan mengganti kata pesawat dengan kata huruf atau kalimat.sehingga menjadi seperti ini:sebuah huruf atau kalimat yang belum berbentuk tidak akan memiliki banyak arti dan tak berharga apa-apa.tetapi huruf atau kalimat itu akan memiliki arti dan manfaat yang besar saat terbentuk tulisan yang rapi dan indah.

Sedikit mengintip peranan dunia tulis-menulis di kancah global saat ini, ia memiliki porsi yang sangat besar pada setiap lini kehidupan. Berperan sebagai penyampai informasi dan berita. Baik pada sector ekonomi, social,budaya, lebih-lebih pada medan dakwah. Hal ini dipicu oleh media komunikasi dan informasi yang kian maju dari hari ke hari.sehingga menjadikan dunia tulis menulis suatu media yang sangat menjajikan untuk dikembangkan dan ditekuni.

Lain lagi jika kita berbicara mengenai medan da’wah. Jelas tulis-menulis merupakan media yang sangat produktif. Di zaman yang serba teknologi ini, dakwah bil-qoul saja tidak akan cukup, karena ia hanya mencakup orang sekitar yang hadir atau mendengarkan saat itu. Namun jika hal itu ditopang dengan tulisan maka akan menggurita dan menyebar ke masyarakat luas. Mulai yang berdomisili di daerah perkotaan hingga pelosok desa bahkan akan menyebar ke seluruh dunia.

Sebenarnya kata menulis bukanlah ungkapan yang asing buat kita semua. Sejak sekolah dasar bahkan taman kanak-kanak kita telah mendengar, bergulat, dan belajar menulis. Masalahannya, kita slalu saja membicarakan bagaimana menulis tanpa mencoba untuk menulis.Pada pelajaran bahasa Indonesia telah banyak kita mempelajari tehnik-tehnik penulisan,macam tulisan,kaidah penulisan. Cuma saja itu tak akan berarti jika tidak ada aplikasi. Teori hanyalah teori yang tidak akan menjadi kenyataan kecuali dengan aplikasi. ”there is no point in theory without practice”.

Guna membangkitkan gairah tulis-menulis diantara kita, insyallah akan banyak manfaatnya jika kita menyebutkan beberapa manfaat menulis. Diantara beberapa manfaat menulis:
1.Menulis adalah salah satu langkah untuk menuju kepada keabadian.
Sebagaimana tabi’at manusia,bahwa ia akan mati. Tak ada satupun manusia yang akan hidup kekal selamanya. Tetapi beda halnya dengan tulisan. Ia akan kekal abadi seiring berjalannya zaman. Selama masih utuh dan terjaga
2.Islam mengajarkan kita untuk slalu membaca dan menulis
Jika kita telaah dan merenungkan kembali kandungan ayat-ayat Al-quran, maka akan kita temukan bahwa ayat yang pertama kali turun memerintahkan kita untuk membaca dan selanjutnya menyebutkan perangkat menulis. hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti membaca dan menulis dalam islam.
2.Menulis itu berarti menata pikiran.seringkali kita mengatakan ungkapan seperti ini:”saya sebenarnya punya banyak ide Cuma saja…” .Sebenarnya permasalahannya satu.Yaitu menata ide-ide cemerlang itu.Dan hal itu tak lain kecuali dengan menulis.
4.Menulis itu menyehatkan.
Menulis hal-hal yang positif akan memberikan kesehatan jasmani dan rohani. Secara rohani, seorang yang menulis akan memiliki pikiran yang jernih dan sehat.
5.Membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
Menulis kembali info dan pengetahuan yang didapat merupakan sebuah teori belajar yang sangat efektik. Seseorang akan berfikir dan berusaha menulisnya kembali dalam sebuah tulisan. Jelas itu akan membantu mengingat dan memperkuat informasi dan pengetahuan yang ia dapat. Sebagai mana sifat ilmu, semakin banyak diulang, maka akan semakin kokoh daya ingat kita akan hal itu.
6.meniru Tradisi para ulama.
Setidaknya kita saat ini menjadi saksi sejarah masa lalu. Bagaimana para ulama terdahulu begitu gigih dan bersemangat dalam belajar dan menulis. sehingga saat ini bisa kita temukan khazanah buku klasik yang secara jumlah dan kualitas sangat fantastis. Ini merupakan suatu bukti nyata mereka memiiki tradisi membaca dan menulis.

By:D-yat
17-Agustus-2006

posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 08.39  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
DAKWAH ALA SANTRI

Previous Post
Archives
SHOUT BOX