Sabtu, 28 Februari 2009
Modal Menulis(II)
Pada edisi sebelumnya dalam rublik yang sama kita telah membahas motivasi menulis. Buat apa menulis? Apa keuntungan kita menulis? Yang paling konkrit, menulis adalah budaya ulama terdahulu dan merupakan proses menuju keaabadian. Umur akan pasti terkikis tetapi tidak dengan tuisan yang bias diwarisi selama terjaga dengan baik. Pada kesempatan kali ini kita akan berusaha bersama mengetahui modal dasar seorang penulis.

Dalam banyak kesempatan kita sering kali membayangkan menulis adalah hal yang sangat susah. Begitu sulitnya sehingga tak jarang kita enggan untuk sekedar menulis jadwal harian, rencana kerja mingguan dan yang sejenisnya. Atau sekedar menulis memoar, tulisan perjalanan. Dilain sisi kita tidak pernah ragu saat menuliskan lima atau lebih kalimat saat sedang asyik berkomunikasi chating-an lewat internet. Padahal secara tidak sadar jika kita kumpulkan tulisan-tulisan yang berserakan tersebut akan membentuk sebuah tulisan indah. Walau minimal ujung-ujungnya tema yang diusung mengenai cinta atau persahabatan

Ada beberapa modal dasar yang harus diketahui oleh penulis:
1. Motivasi.
Ini berkaitan erat dengan niat. Dalam rangka apa kita menulis? Buat apa? Apakah menulis hanya untuk sekedar mengungkapkan isi hati yang tak terbendung? Atau menulis guna menyampaikan ide yang ada dibenak penulis kepada publik? Dan lain sebagainya. Inilah yang kita maksud dengan motivasi. Tetapi yang jelas menulis adalah tradisi para ilmuan islam guna menyebarkan ilmu. Hal inilah yang seharusnya menjadi motivasi dasar kita sebagai seorang muslim dalam menulis. Manusia akan mati tetapi tidak dengan tulisan yang akal kekal abadi selama terjaga rapi.

2. Pengetahuan
Secara global ada 2 macam ragam tulisan:
1.Fiksi atau biasa disebut tulisan tidak nyata. Seperti contohnya cerpen, novel, novelet. Yang banyak terinspirasi dari khayalan, impian, juga pengalaman, dan lain sebagainya. Tetapi yang perlu digaris bawahi, bahwa kata fiksi bukan berarti sesuatu itu akan mustahil mustahil terjadi. Buktinya banyak tulisan yang awalnya sebuah cerita fiksi dan kemudian menjadi sebuah kenyataan dikemudian hari.
2.Non-fiksi atau biasa disebut tulisan yang berdasarkan data dan fakta yang jelas. Tulisan non-fiksi bisa kita bagi menjadi tiga bagian umum:
1.Fakta.tulisan yang jelas berdasarkan fakta dan data. Tanpa ada tambahan sedikitpun. Contoh: Berita dan Feature. Insyallah dikesempatan selanjutnya kita akan membahas bersama lebih jauh tentang berita dan feature.
2.Opini. termasuk didalamnya : opini, kolom, esai, autografi, catatan harian, memoar. Ini adalah macam tulisan non-fiksi yang ada sangkutpautnya dengan pandangan penulis. Seperti banyak kita baca di media atau buletin-buletin tentang opini seseorang mengenai suatu hal.
3.Akademik dan Ilmiah. termasuk di dalamnya: skripsi, tesis, artikel, karya ilmiah, dan sebagainya.

3. Keterampilan
Setelah motivasi dan pengetahuan, maka selanjutnya adalah keterampilan. Dalam hal ini keterampilan dalam menulis. Baik itu dalam menentukan judul, meminang tema, menentukan angel tulisan. Semua itu menuntut keterampilan seorang penulis dalam menentukan kondisi, keadaan, dan waktu yang tepat dan sesuai. Terkadang satu judul tidak bisa diterima oleh semua kalangan tetapi bisa juga tidak diterima. Disinilah dibutuhkan keterampilan seorang penulis. Membaca kondisi, masyrakat dan lain sebagainya.

Satu kunci dalam menulis sebagaimana banyak disampaikan oleh para penulis-penulis handal yaitu “mulailah menulis”. Disaat anda membayangkan sesutau maka lakukanlah. Karena ia memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Mari menulis dan mari mulai menulis.

Read more ....
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 10.49  
Ada Apa Dengan Al-Azhar?
“Eh..udah dengar kabar terbaru tentang muqorror Al-qur’an g?, Tanya sahabatku yang baru datang dari Asrama International buut’s.
“g tuh. Jawabku simple. Aku lihat kemarin saat ujian term pertama masih tertempel 4 juz kok. Setiap tingkatnya satu juz aja. Memang ada perubahan lagi ya? Tanyaku kembali padanya. Barangkali diturunkan jadi dua juz. Jadi setiap tahun setengah juz aja.heheheh”.
Aku ada lihat qoror baru di Jurusan Lughoh. Ada keputusan baru ditempel kalau muqorror Al-Qur’an tetap delapan juz seperti semula tanpa ada perubahan.
Wah…kalau itu aku kurang tau jawabku deg-degan. Mungkin Cuma di jurusan Lughoh aja tidak di Usuluddin. Cetusku seakan-akan berusaha lari dari kenyataan".

Al-Azhar adalah salah satu universitas islam tertua didunia. Tidak diragukan ia memiliki andil besar dalam penyebaran islam. Jika kita telaah kembali literatur-literatur keislaman, kita akan banyak menemukan karya-karya yang lahir dari rahim alumni Al-Azhar. Tak heran jika mahasiswa-mahasiswi yang belajar di Al-Azhar datang dari berbagai penjuru dunia. Asia, Africa, bahkan Erofa yang disematkan sebagai gudang orientalis.

Di Al-Azhar,Al-qur’an sebagai sumber dasar hukum islam merupakan konsentrasi utama diantara materi yang lain. Al-qur’an telah mengilhami lahirnya berbagai macam disiplin ilmu. Tidak berlebihan jika kita berkata bahwa segala macam disiplin ilmu lahir dari Al-Qur’an. Sehingga hafal al-qur’an merupakan syarat utama menyelesaikan studi S1 di Al-Azhar. Kecuali mahasiswa non-mesir. Yang hanya harus hafal dua juz setiap tingkat. Berarti delapan juz selama empat tahun.

Bagi mahasiswa wafidzin(begitu biasa disebut mahasiswa non-arab yang belajar di Al-Azhar) khususnya mahasiswa indonesia, materi Al-qur’an merupakan materi yang paling mengerikan. Kecuali mereka yang mempunyai bekal hafalan dari tanah air akan menjadi sebaliknya merupakan materi favorit. Karena materi Al-Qur’an sangat berkenaan dengan hafalan. Salah atau lupa dalam hafalan berarti akan beralamat salah tanpa ampun. Tak jarang kita temukan di Al-Azhar banyak calon-calon LC yang masih tersandung hanya karena hafalan Al-qur’an. Lain halnya dengan materi-materi yang lain yang cukup dengan menggunakan pemahaman dan nalar. Dalam artian,cukup memahami teks-teks muqorror kemudian sah-sah saja menguraikan kembali walau dengan bahasa yang berbeda yang penting memiliki substansi yang sama.

Bulan November 2008 beberapa saat menjelang ujian term pertama, diumumkan secara resmi bahwa standar muqorror Al-qur’an untuk S1 diturunkan menjadi empat juz saja. Berarti setiap tingkat hanya satu juz. Pengemuman ini tertempel di papan-papan pengumuman Syu’un administrasi kampus. Semua mahasiswa bisa melihat dengan jelas. Disatu sisi ini merupakan angin segar bagi mereka yang memiliki hafalan minim, tetapi ada juga dari sebagian mahasiswa yang menyikapi bahwa ini sebuah penurunan kwalitas. Jadi tidak usah diturunkan standarnya. Toh…banyak mahasiswa tidak lulus di Al-qur’an bukan karena ketidakmampuan tetapi karena malas menghafal.
Jelas ini merupakan berita gembira terbesar setelah berita penurunan standar Al-qur’an dari 30 juzz ke 8 juzz. Kemudian dari 8 juzz ke 4 juzz. Tidak cukup sekedar menyikapi, beberapa alasan yang latarbelakangi penurunan standar ini juga menjadi isu perbincangan diantara mahasiswa Indonesia di Kairo.

Ada beberapa pihak yang mengatakan ini adalah hasil dari Lokakarya yang sempat dihelat tahun 2008 lalu yang mendatangkan tim-tim ahli Indonesia. Konon katanya sampai menghabiskan biaya milyaran rupiah. Berkat lobi pak Dubes kepada Syeik besar Al-Azhar yang hadir diawal acara saat itu, sehingga Al-qur’an diturunkan menjadi satu juzz pertingkat.

Pihak lain mengatakan ini merupakan sikap kebijakan Al-Azhar terhadap mahasiswa asing guna mempermudah jalannya studi di negeri para anbiya ini. Dilain sisi mereka para mahasiswa ditunggu kehadirannya oleh masyarakat mereka guna menyebrkan islam.
Parahnya ada pihak yang berpendapat bahwa ini adalah hasil dari intervensi barat dalam sistem pendidikan Al-Azhar. Yang dalam hal ini adalah para orientalis untuk menjauhkan para muslim dari kitab sucinya.

Tetapi tidak lama berselang setelah ujian term pertama muncul isu baru bahwa muqorror Al-qur’an tetap delapan juzz tanpa ada perubahan seperti semula. Ditengah ketidakjelasan info ini, beberapa mahasiswa bertanya ke Su’un Thalabah dengan jawaban yang berbeda-beda. Ini akan lebih membingungkan lagi.

Sepintas kita bertanya, Ada apa dengan Al-Azhar? Setidaknya melihat hasil keputusan yang telah ditempel kemudian merubahnya kembali, ada sesuatu yang belum disepakati seutuhnya di tubuh Azhar. Dalam hal ini kaitannya dengan muqorror Al-qur’an.
Hingga 20 februari 2009, saat tulisan ini ditulis belum ada kepastian yang jelas dan tidak ada yang bisa memastikan berapa muqorror Al-qur’an untuk tahun ini.delapan juzz atau hanya empat juzz? Para mahasiswa non-arab khususnya indonesia bertanya-tanya. Apakah anda termasuk yang setuju dengan delapan juzz atau hanya empat juzz?

Read more ....
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 10.43  
Minggu, 22 Februari 2009
Mutiara Itu Hampir Kuraih
Ini berawal sejak aku duduk di bangku sekolah menengah pertama di salah satu pesantren modern terbesar di pulau Madura. Pondok pesantren yang cukup dikenal di kancah nasional yaitu Al-Amien Prenduan. Pondokku tepat berada di kabupaten terujung pulau madura. Memerlukan waktu 4 jam perjalanan dari kota Surabaya menggunakan bus.

Melihat beberapa asatidz yang meliliki wawasan dan pengetahuan luas dalam bidang agama mengetuk hatiku untuk bisa meniru dan menjadi seperti mereka. Apalagi belakangan kutahu mereka lulusan timur tengah,menambah kekagumanku akan mereka. Ilmu agama dan bahasa arab adalah pelajaran kesukanku saat itu. Hingga pada suatu hari,saat ujian orientasi seorang ustad bertanya kepadaku: apa cita-citamu ke depan setelah lulus dari pondok Al-Amien?dengan reflex aku menjawab: insyallah akan melanjutkan ke timur tengah ustad. Entah apa yang meyakinkanku untuk menjawab seperti itu. Tetapi pikiranku tetap saya ingin melanjutkan ke sana.

Begitu seterusnya hingga aku hampir lulus SMP. Ada 2 opsi. Melanjutkan ke SMU or MAK? dalam jenjang ini hanya ada 2 pilihan saja. Lantas aku memutuskan untuk memilih masuk MAK(madrasah aliyah keagamaan). Karena itu selaras dengan orientasiku ke depan kelak.yaitu bisa melanjutkan studi ke timur tengah.

Waktu terus berjalan,tanpa terasa aku akan menjadi salah satu wisudawan MTA Al-Amien Prenduan. Wisuda dan yudisium adalah acara tahunan MTA Al-Amien sebelum melepas alumninya yang telah lulus jenjang pendidikan aliyah. Tepat 1 juli 2005,peristiwa bersejarah itu tiba. Perasaan haru,bahagia,dan sedih bercampur menjadi satu. Haru dan bahagia karena kami bisa lulus dan menyelesaikan studi tepat waktu. Sedih karena kami akan meninggalkan pondok yang kami cintai dan berpisah dengan para sahabat. Tapi inilah kenyataan hidup yang harus terjadi.

Cita-citaku untuk menjadi mahasiswa timur tengah terasa semakin dekat untuk terwujud. Apalagi setelah salah satu mediator yang dulunya kakak kelasku menawarkan jasa studi di sana. Orang tuaku yang besifat demokratis menyerahkan sepenuhnya keputusan kepadaku asal itu baik buatku. Tanpa ragu akupun mendaftarkan diri walau sebagian persyaratan belum bisa kupenuhi seluruhnya. Karena ijazahku waktu itu belum turun dan beberapa persyaratan lainmya masih terhalang waktu.

Awalnya hanya mimpi sekarang menjadi kenyataan. Aku sudah mendapatkan tasdiq Al-Azhar. Kakak kelasku yang sedang mengurus keberangkatan memberi kabar gembira melalui pesan singkat sms pagi tadi sekaligus memberitahukan kalau kita akan berangkat ke Kairo mingu depan. Berarti aku sudah terdaftar.ya..aku sudah terdaftar. Aku kegirangan dan memberitahukan emak dan bapak. Aku hanya punya waktu satu minggu untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

“Bandara Soekarno Hatta”tulisan itu terpampang begitu besar sehingga mudah dibaca pas sebelum masuk arena bandara. Bibiku yang mengantarkan aku menggunakan mobil jazznya memeluk aku dan berpesan : rajin-rajin shalat,puasa dan belajar ya sayang. Dan jangan lupa awas..dayat jangan pacaran dulu sebelum S1 selesai. Aku terperangah,kaget dan kagum mendengar pesan yang ia sampaikan. Dengan sedikit gugup aku menjawab: ya insyallah bibiku sayang. Wajar aku seperti itu karena bibiku beragama hindu. Seperti agama ibuku dulu sebelum memeluk agama islam. Tapi alhamdulillah Allah memang pemberi hidayah kepada hambanya.

Tidak sampai 12 jam sejak pesawatku terbang dari Jakarta kami sudah tiba di Kuwait. Menjelang pukul 03:00 dini hari kami sudah terbang ke Egypt dan alhamdulillah tiba dengan selamat 4 jam kemudian. Aku kaget melihat situasi yang sangat berbeda dengan apa yang kubayangkan sebelumnya. Ternyata tanah airku jauh lebih indah. Dalam hati aku berkata: mengapa orang-orang Indonesia tidak PD dengan tanah airnya sendiri?. Tapi aku berusaha menguatkan diri walau dalam kekecewaan yang mendalam bahwa aku ke sini ingin mencari ilmu dan ibadah. Itu saja.

Beberapa hari di Kairo,aku merasakan situasi yang sangat berbeda dengan tanah air. Dari budaya dan keadaan alam. Tak pernah kurasakan udara sedingin ini sampai menusuk tulang yang mengaharuskan aku menggunakan pakaian berlapis-lapis tanpa ada bagian terkecil dari tubuh yang tak tertutupi kecuali wajah. Tak pernah kulihat orang berteriak selantang ini sebelumnya,bisa terdengar dalam radius lebih dari 100 meter. Tak penah kumelihat kota sesemrawut kota Kairo. Dan banyak lainnya yang kurasa sangat asing dalam hidup.

Apartement pertamaku terletak di H10,Ghami.persis di samping suq sayyarah. Sebuah dataran luas yang beralaskan semen tempat bertemunya para penjual mobil setiap hari jumat dan ahad. jika ingin ke kuliah bisa naik mobil 80 coret atau 65 kuning,ujar teman seniorku yang sudah beberapa tahun disini.

Hari pertama kali ke kuliah merupakan perjuangan yang sangat bersejarah dalam hidupku. Pasalnya ini adalah pertama dalam hidupku. Mulai dari nunggu bus di halte,naik bis yang berdesakan,sampai kuliah harus antri berbaris-baris yang panjangnya tidak kalah dengan antrian pembagian sembako. Sangat melelahkan. Tetapi semua itu tidak membuatku menyerah untuk menundukkkan Kairo. Aku ingin cepat bisa kuliah,cepat lulus dan bisa pulang ke tanah air. Karena itu adalah mutiara yang selama ini aku impikan.bisa menyelesaikan kuliah di Al-Azhar Kairo.

Pikirkan dan kerjakan ungkap seniorku yang tanpa kusadari dari tadi melihatku membolak-balik muqorror yang bagiku sangat tebal. Jangan hanya diplototi tapi baca dong,imbuhnya melanjutkan perkataanya tadi. Yang kak jawabku lirih. Sedikit-demi sedikit aku mulai terbiasa dengan keadaan yang ada. Aku terus berusaha belajar dan belajar. Aku harus lulus dan menjadi sarjana usuludin secepatnya . Setidaknya itu target minimalku tahun ini. Usaha,doa,istiqomah,dan tawakkal itulah rumus yang kupraktikkan. Begitu seterusnya hari-hari kulalui hingga ujian term pertama dan kedua.

Pengumuman hasil nilai ujian tingkat satu tiba. Alhamdulillah aku lulus walau harus puas dengan menyisakan satu materi. Materi yang tidak bisa aku selesaikan saat tingkat pertama adalah nudzum islamiyyah. Padahal dalam benakku itu adalah materi termudah diantara materi-materi yang lain. Tapi entahlah barangkali aku tidak teliti dalam menjawab soal, Atau bisa jadi penilaian begitu ketat dalam materi tersebut. itupun aku sangat bersyukur bisa lulus ke tingkat 2.

Naik ke tingkat 2 tak sedikpun membuat aku puas. Aku semakin merasa dahaga akan ilmu. Koleksi buku-buku selain muqoorror makin banyak. Karena setiap bulan harus ada buku yang bertambah. Aku mulai berkenalan dengan beberapa forum diskusi dan halaqoh ilmiyah. Ada beberapa yang kuikuti guna menambah wawasan dan pengetahuan. Tak terasa ujian tingkat 2 udah dekat. Berarti aku harus fokus pada ujian dulu.

Tidak ada kata selain syukur alhamdulillah. Saat ini aku telah lulus ke tingkat 4 jurusan hadist dengan nilai yang cukup memuaskan. Berarti hanya tinggal membutuhkan satu tangga lagi bagiku untuk bisa meraih mutiara yang kuimpikan selama ini. Apakah aku bisa meraihnya tahun depan? Semua itu adalah teka-teki yang tak bisa dijawab saat ini. Pikirkan dan kerjakan.



Hidayattullah Ahmad Jazri
Darmalaq,Kairo,Egypt
17 agustus 2008

Read more ....
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 22.31  
Artis Qonat Hafidz
Artis Qonat Hafiz


Ada sebuah ungkapan mengatakan”pikirkan maka sesuatu itu akan menjadi kenyataan”.
Tapi terkadang sesuatu datang tanpa kita pikirkan bahkan tak terbayang dibenak sedikitpun. Disinilah kelemahan akal untuk mencerna. Jika tuhan berkehendak akan sesuatu tak ada yang mustahil dan susah. Sebuah pengalaman yang sangat menarik.

Siang itu matahari cukup terik tetapi tidak sepanas hari-hari sebelumnya. Menjelang akhir musim panas ini keadaan cuaca Kairo memang agak bersahabat. Ramadhan tahun ini tiba saat penghujung musim menjelang peralihan dari musim panas ke semi. Beberapa orang dengan beraneka busana terlihat keluar meninggalkan masjid Saqor Qurays sehabis menunaikan shalat jumat.

Tak lama berselang,seorang pemuda mesir berperawakan tinggi besar datang menghampiri KMNTB yang terletak tidak jauh dari masjid Saqor Qurays. Ia memperkenalkan diri sebagai salah seorang pengurus yayasan hafidz yang sedang mencari orang-orang asing yang bermukim di Kairo untuk menjadi tamu dalam acara buka bersama di “Sittah Oktober”. Sebuah tempat yang ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari jantung kota Kairo. Ia sedikit menjelaskan bahwa acaranya hanya sebatas temu akrab bersama beberapa Syeik guna mengetahui perkembangan islam di Indonesia kemudian dilanjutkan dengan Buka Bersama. Pemuda Mesir tadi menambahkan bahwa Ia hanya membutuhkan empat atau lima orang Indonesia saja dan ada fasilitas antar-jemput. Jadi tidak perlu khawatir imbuhnya.

Tanpa pikir panjang akupun menyetujui tawaran pemuda Mesir tadi. Ia menegaskan bahwa satu jam lagi kalian akan di jemput sebuah mobil yang akan parkir tepat di depan pintu masuk KMNTB. Sebelum beranjak keluar pemuda mesir tadi meminta nomer Handphoneku yang dari tadi menjadi teman bicaranya. Satu jam lagi jika aku telpon kamu berarti jemputan sudah siap. Ujarnya mengakhiri pembicaraan dan kemudian mengucapkan salam.

Tepat seperti apa yang dijanjikan, jam 14:30 sebuah mobil El-Tramco yang masih tampak kelihatan baru sudah terparkir di depan pintu masuk imarah KMNTB. Pemuda Mesir tadi bersama Seorang paruh baya keluar dari mobil sembari menebarkan senyuman hangat “Assalamualaikum”, Ucapnya. Kalian sudah siap? ada berapa orang? Ia bertanya dengan ramah dan agak sedikit senyum. Insyallah empat orang jawabku yang menjadi teman bicaranya satu jam yang lalu. Boleh kami tau nama-namanya?tanyanya kembali. Lantas Aku menyebutkan: Hizbi Khoir,Hidayatullah Ahmad,Ust.Mohammad Taisir Azhar,dan Sukarnawadi. Lalu spontan Ia mengatakan “Kalau sudah siap mari kita jalan”.

Kami berjalan dengan tanda Tanya besar. Di mana?dan apa acara yang akan kami hadiri? Menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Karena ini tidak seperti biasanya. Lumrahnya para masisir berjalan sendiri menuju tempat acara tanpa ada jemputan. Lebih-lebih kami diharuskan menggunakan pakaian rapi dan sepatu. Di dalam mobil yang kami tumpangi juga ada empat rekan dari ubzekistan. Dua anak kecil dan duanya lagi orang dewasa. Mereka berpenampilan rapi dengan balutan kulit putih khas ras Russia. Saat kami Tanya tentang acara yang akan dihadiri, mereka menjawab dengan perkataan yang sama. Hanya buka bersama. Ucapnya.

El-Tramco putih yang kami tumpangi saat ini sedang melaju tepat diatas jembatan sungai nil yang biasa dilewati Mahasiswa Indonesia jika ingin ke KBRI. Sopir mesir ini sangat ugal-ugalan. Ia menyetir mobil dengan kecepatan tinggi walau di tengah keramaian. Mengharuskan para penumpang berdzikir kencang ke kiri dan ke kanan bahkan sesekali harus sedikit berjingkrak. Seperti ada yang di kejar. Padahal jam masih menunjukkan pukul 15:30. waktu tenggang untuk buka puasa masih cukup panjang. Tak sampai berselang 10 menit mobil kami sudah berada di luar kota Kairo. Saat ini yang tampak disebelah kanan dan kiri bukan lagi bangunan-bangunan megah tinggi. Tetapi pepohonan dan tanaman hijau.

Sangat terkejut, setelah beberapa saat mengitari jalan terlihat sebuah bangunan besar bertingkat. pada pintu masuk berdiri beberapa orang penjaga. Melihat corak seperti station tv dan Radio spontan Hizbi ketua KMNTB berkata: sepertinya kita akan di wawancarai masuk Station Radio. Ya mungkin aja jawabku sembari tersenyum. Jadi kita harus siap-siap dong?, imbuhnya. Ya sebisanya aja jawabku kembali. Kami tetap masih penasaran.

Mobil kami memasuki gedung megah setelah sopir berbicara sesaat dengan penjaga tadi seraya melambaikan tangan diiringi senyuman khas Mesir. Rasa penasanku dan kawan-kawan sedikit terjawab setelah melihat sebuah tulisan besar” NILE FM”. Lebih-lebih setelah mobil yang kami tumpangi berhenti dan parkir tepat di depan “qonat Al-Hafiz” salah satu channel station TV mesir yang biasa menyiarkan acara-acara diskusi agama. Hatiku semakin yakin kalau undangan ini bukan hanya sebatas menghadiri jamuan buka bersama. Tetapi lebih dari itu. Ini tidak seperti biasanya.

Silahkan kalian semua shalat Ashar dahulu dan bersiap-siap untuk menjadi tamu kami sore ini. Ungkap seorang berpakaian rapi menyambutkan kami. Aku terbelalak dan bertanya : tamu? Maksud anda?. Ya kalian akan menjadi wakil Indonesia dalam acara Ramadan menjelang berbuka puasa. Kalian akan diminta untuk memperkenalkan beberapa budaya Indonesia yang berkenaan dengan Bulan suci Ramadhan. Kalian akan masuk TV bersama beberapa Doktor yang akan menjadi presentator kita sore ini. Dan akan disiaran LIVE melalui “Qonat Hafiz”. Ujarnya. Kami saling pandang satu sama lain. Seakan-akan tidak percaya akan hal ini. Mimpi apa aku semalam sampai bisa masuk TV? Cetusku dalam hati. Seumur hidupku baru kali ini aku melihat langsung proses syuting TV. Apalagi sekaligus menjadi tamu resmi acara ini.

Perempuan muda mesir menghampiri kami yang baru saja selesai menunaikan shalat Ashar. Ia memegang secarik kertas mini bertuliskan “Qonat Hafiz”. Dengan ramah Ia bertanya: boleh aku tau nama kalian? Kalian dari Indonesia kan? Ya jawab kami serentak. Dalam acara TV nanti, masing-masing kalian harus memiliki peran. Ada beberapa peran yang kami tawaran. Di mana setiap kalian harus memilih salah satunya. Diantaranya: peran sebagai muazzin, sebagai pembaca Al-Quran, pembicara memperkenalkan sedikit budaya warga Indonesia saat ramadhan, dan terakhir kalau bisa kalian menyanyikan sebuah nasyid berbahasa Indonesia yang berkenaan dengan ramadhan atau kalau terpaksa tidak ada yang hafal bisa pakai bahasa inggris atau arab. Imbuhnya.

Ruangan itu cukup besar. Berukuran sekitar 6 m kali 6 m. berlantai licin sejenis kaca. Tepat di tengah bagian utara tersusun sepasang meja terbuat dari marmer beserta beberapa kursi. Dan masing-masing di depan sebelah kiri dan kanan berjajar dua kursi yang menjadi tempat duduk kami berempat. Jika dilihat dari depan persis berbentuk seperti setengah lingkaran.

Pintu tertutup rapat. Di dalam ruangan hanya ada kami berempat dan empat doktor yang duduk menghadap alat syuting. Ada dua karyawan yang berdiri di hadapan kami mengarahan kameranya agar tepat sasaran. Acara dimulai dengan dipandu seorang moderator yang sering muncul di layat TV. Diawali dengan pembacaan ayat Al-quran oleh saudara Hizbi Kahoir dan kemudian moderator membuka dialog dengan doktor tentang penyebaran Islam di Dunia. Hingga adzan magrib dikumandangkan,saudara Sukarnawadi mengambil bagian sebagai Muazzin. Ternyata ia memiliki suara emas. Suaranya begitu halus dan merdu. Sejenak acara dihentikan memberi kesempatan untuk berbuka puasa.

Begitu seterusnya hingga Ust.Taisir Azhar Lc diberi kesempatan oleh pemandu acara untuk menggambarkan budaya Indonesia saat ramadhan. Dipenghujung acara, moderator meminta untuk menampilkan nasyid islami. Kali ini adalah giliranku untuk beraksi. Aku melantunkan sebuah nasyid berbahasa inggris dengan judul: “Thank’s Allah”. Tepat setelah bait terkahir terucap “Thank’s Allah” moderator menutup acara.

“Thank’s Allah” atas semua karunia yang telah di berikan kepada hamba-Nya. “Thank’s Allah” telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. “Thank’s Allah” kata kami akhiri acara sore itu.





HIdayatullah Ahmad Jazri
Nama pena : Raudah Hayati.

Read more ....
posted by Hidayatullah Ahmad Jazri @ 22.17  
DAKWAH ALA SANTRI

Previous Post
Archives
SHOUT BOX